ALC | “Saya sukanya jalan-jalan, ketika saya bisa jalan-jalan ke berbagai tempat dengan gratis kenapa enggak,” kata Deasi Susilawati dengan senyum merekah saat ditanyai tim ALC Press mengenai hobi traveling yang diminatinya. Perempuan tinggi 158 dengan tampilan casual ini lahir di Banda Aceh pada tanggal 19 Desember 1989. Menginjak usia 26, perempuan yang memiliki senyum manis ini telah mengukir banyak prestasi salah satunya di bidang kepramukaan. Dengan semangat menggebu, do’a, dan keseriusan yang digelutinya setiap hari, mampu mengantarkan Deasi Susilawati ke Amerika pada tahun 2011 dan 2012 silam. Siapa sangka, Negeri Paman Sam menjadi tonggak awal prestasinya di ranah kepramukaan internasional.
Dara Aceh yang kerap disapa Deasi ini, sangat antusias menceritakan segudang pengalaman dan prestasi yang dimilikinya. Dalam perjalanan untuk meraih kesuksesan, tentu saja banyak kendala hadir disana sini. Deasi mengkuti pramuka sudah dari SMP. Kurang lebih 15 tahun lamanya, pramuka menjadi passion perempuan ini. “Banyak persyaratan yang menjadikan setiap orang berkompetensi dalam mengikuti event ini. Salah satu syarat umumnya adalah pemuda pemudi berumur 18-30 tahun, aktif dalam ranah kepramukaan, memiliki kualifikasi bahasa inggris yang memadai, serta yang lebih pentingnya lagi adalah mengenal budaya negaranya,” tutur Deasi yang merupakan salah satu siswa ALC.
Deasi menambahkan bahwa bagi yang ingin mengikuti program seperti ini harus berlatih lebih keras. “Yang harus saya lakukan adalah berlatih dengan lebih dibandingkan orang lain serta berusaha ekstra dibandingkan yang lain. Bagi saya semua kesenangan itu pasti ada, yang membedakan kesenangan itu benar-benar disenangi adalah dengan bagaimana caranya kita mendapatkan kesenangan itu.” Terang perempuan dengan berat 62 kg ini. Pada tahun pertama yaitu tahun {“type”:”block”,”srcClientIds”:[“860c4aa2-898e-499a-9457-17372078bb6f”],”srcRootClientId”:””}2011, program kepramukaan yang diikuti Deasi di Amerika berlokasi di Buffalo Trail Scout Ranch, Texas. Pelaksananya adalah Boy Scout of America (BSA). Sedangkan pada tahun ke dua pada tahun 2012, Deasi kembali berangkat ke Amerika dalam rangka kegiatan yang sama yaitu Forestburgh Scout Reservation, tepatnya di New York. Anak ketiga dari enam bersaudara ini mengatakan sangat senang mengikuti program kepramukaan ini. “Management risk mereka super sekali, selama saya ikut kegiatan kepramukaan di Amerika, saya melihat etos kerja mereka dan management risk yang sangat mementingkan para camper. Kegiatan akan berbeda disetiap camp, tergantung dari fasilitas camp yang dimiliki. Seperti di Texas mereka memiliki program Outback country, tetapi di New York tidak,” Tuturnya. Selama menjalankan program kepramukaan pastinya banyak pengalaman yang didapat. Deasi mendapatkan pengalaman yang luar biasa, prestasi pertama yang digelutinya adalah menjadi Camp consolr, pengajar Scout skill (keahlian kepramukaan) seperti camping, cooking, dan survival. “Saya juga menjadi supervisor untuk Dinning Hall Steward. Sebagai kepala Dinning Hall bendera dua negara yaitu Amerika dan Indonesia. Ketika sore hari, bendera tersebut diturun dari tiang, dan setiap dinaikkan kembali para peserta akan mengadakan uapacara kecil di Dinning Hall, dan acara tersebut saya yang memimpinya,” jelasnya. Selain itu, Deasi juga menjelaskan pengalaman lain yang sangat menyenangkan. Ia mengatakan bahwa Di texas keadaannya sangat kering dan panas. Camp di Texas merupakan salah satu High Adventure camp BSA, Camp terlihat diantara gunung-gunung berbatuan sehingga kegiatan yang mereka lakukan semuanya serba menantang. Bahkan untuk menuju ke kelas, Deasi harus mendaki dua bukit berbatuan. “Ketika di Texas saya berkesempatan ke Dallas untuk melakukan penelitian skripsi saya tentang BSA, jadi saya mendapatkan akses ke National Headquarter,” tambah Deasi. Ada pengalaman menarik yang didapat tentunya juga ada keluh kesah yang dialami Deasi, ramadhan menjadikannya rindu akan tanah kelahirannya. Namun, Deasi mendapat kesempatan merayakan lebaran bersama Duta besar di Washington DC. Kegiatan ini semakin mempesona ditambah lagi dengan keramah-tamahan budaya dan orang-orangnya. “Setiap keinginan yang besar harus didukung dengan usaha yang besar. Jadi jika ingin menjadi orang yang besar harus siap-siap juga berkorban dengan lebih dibandingkan orang lain. Hal kecil akan memberikan jalan menjadi orang besar. Intinya pupuk semangat itu nggak boleh sedikit atau kecil, semangat itu arus selalu besar.” Tutupnya.