Pertukaran Pelajar ke Hongaria

ALC | Saya dan seorang teman mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Debrecen, kota terbesar kedua di Hongaria dalam rangka pertukaran peserta kepaniteraan klinik senior (koass atau dokter muda) (professional exchange) yang diselenggarakan oleh SCOPE-IFMSA (International Federation of Medical Student Association) yang menyelenggarakan pertukaran mahasiswa kedokteran ini ke lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Sebagai peserta program exchange ini, kami dari jauh-jauh hari sudah diberikan pembekalan mengenai keadaan di negara asal. Informasi dokumen, visa, international student card, juga masalah akomodasi dan hal-hal detil seperti barang bawaan sudah diberitahukan dari jauh-jauh hari.

Sampai di sana, kami sudah mendapatkan fasilitas lengkap seperti kamar di dorm yang berada di komplek University of Debrecen Medical and Health Science Center. Kami juga diberikan kupon makanan (500 Forint untuk makan siang per hari) dan tiket terusan DKV Debrecen yang bisa digunakan untuk naik trem dan bus selama sebulan senilai 3600 Forint. Pendek kata, akomodasi sudah terjamin untuk para peserta program Professional Exchange.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Selama di sana, meski jadwal kegiatan di rumah sakit pendidikan Debrecen sangat padat, kami sempat berjalan-jalan mengitari sekitar Debrecen. Berbekal pengetahuan singkat dan naik bus plus trem, menjelajahi Debrecen cukup mengasikkan plus membingungkan. Mengapa? Sebab sebagaimana banyak negara lain di Eropa Timur, penduduk Hongaria tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, bahasa nasional mereka adalah bahasa Magyar. Meskipun Debrecen merupakan kota pendidikan terbesar di Hongaria, namun masyarakat selain mahasiswa jarang dan tidak aktif berbahasa Inggris, termasuk masyarakat pekerja dan para petugas seperti polisi, satpam, dan pelayan toko. Sehingga agak menyulitkan jika ingin menanyakan arah dan petunjuk jalan.

Sebagai informasi, Debrecen merupakan kota kecil di wilayah Hongaria, luas kotanya hanya mencapai 461,2 km2 dengan penduduk 204 ribu jiwa. Dengan wilayah sekecil itu, Debrecen tidak memiliki banyak situs wisata dan hiburan. Apalagi saat winter, museum dan tempat bersejarah lainnya tutup lebih cepat. Saat jam 3 sore kami berkunjung ke museum, kami harus kecewa sebab penjaganya telah memberikan isyarat tutup. Taman-taman pun tidak terlihat menarik, sebab meranggas dan terlihat lebih seperti Hutan Terlarang dalam novel Harry Potter.

Keunggulan Debrecen adalah reputasinya sebagai kota pelajar dan universitasnya yang bertaraf internasional. Ada sekitar 30 ribu mahasiswa dari seluruh dunia di bawah 13 fakultas. Di Universitas Debrecen ini, tidak asing berpapasan dengan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia. Wajah-wajah Asia, Negro, Korea, Indian, sampai Timur Tengah dapat ditemukan di sini. Beberapa kali kami bertemu dengan mahasiswa muslim dari Irak, Iran, bahkan Palestina yang menyapa hangat. Persaudaraan sesama muslim cukup kuat di sini, sebagaimana di negara minoritas lainnya.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Berjalan-jalan di sekitar Debrecen dan kawasan universitasnya cukup menyenangkan. Kawasan universitasnya sangat luas, bahkan untuk ukuran fakultas kedokterannya saja. Sebab fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikannya berada dalam satu komplek. Ini termasuk pusat riset, poliklinik, rawatan pasien, bahkan fasilitas pendukung lain seperti asrama mahasiswa, toko kelontong, sampai tempat-tempat ibadah seperti gereja dan sinagog (tidak termasuk mesjid). Banyak tugu bersejarah dan patung-patung yang memang menjadi ciri khas wisata di Eropa Timur. Perpustakaannya pun sangat besar dan padat dengan berbagai aktivitas ilmiah. Sayang, untuk mengakses internet di wilayah perpustakaan utama harus menggunakan ID mahasiswa. Sebagai peserta program exchange, kami tidak mendapatkan fasilitas khusus itu.

Jika bosan berada di asrama, kami akan naik bus dan trem mengitari Debrecen hingga ke pusat kota, melihat tugu kemerdekaan. O iya, jika tidak punya tiket bulanan, kita dapat membeli tiket untuk sekali saja naik bis seharga 140 Forint. Tiket dapat dibeli di supir.

Selain tugu kemerdekaan dan museum, tidak banyak memang wisata di saat winter di kota ini. Jam 8 malam, jalur trem resmi berhenti, meski bus tetap ada sampai larut malam (sekitar jam 11 malam). Jam 9 malam, aktivitas kota berhenti. Semua orang pulang ke rumah atau masuk ke bar. Suasana benar-benar sunyi mencekam. Sebagai informasi, jika tertarik berkunjung ke sini, pilihlah waktu summer, ada banyak festival dan hiburan. Sebenarnya ada Debrecen Spa Bath and Mediterranean Aquaticum yang merupakan tempat wisata terkenal Debrecen. Sayangnya, saat winter tempat ini tutup untuk perbaikan.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Mengenai makanan halal juga menjadi masalah besar di Debrecen. Tidak seperti di Budapest, di Debrecen restoran makanan halal dapat dihitung dengan jari. Kami menemukan satu restoran Turki yang tepat berada di lantai dasar dorm kami. Harga kebabnya tergolong mahal, 550 Forint satu porsi. Dagingnya berbau sangat menyengat, benar-benar sulit ditelan oleh orang berdarah Indonesia. Alternatif lain? Mengaku vegetarian cukup membantu di sana. Saya meyakinkan penjaga kantin asrama bahwa kami sama sekali tidak dapat memakan protein hewani sehingga dapat memastikan makanan yang kami dapatkan benar-benar aman dari kontaminasi protein hewani. Untuk keamanan, kami membawa mie instan dan merebus telur sendiri di kamar asrama. Tapi tidak mungkin membawa stok mie instan untuk satu bulan kan? Buah-buahan bisa menjadi alternatif aman. Sedangkan untuk roti, pastikan membawa kamus saat mengecek label roti yang dijual. Karena sebagian roti berisi daging yang berpotensi tidak halal.

Apakah saya ingin kembali ke Debrecen untuk program pendidikan lebih lanjut nanti? Hmm… lepas dari masalah makanan halal, ketiadaan mesjid, Debrecen adalah kota kecil yang tenang dan klasik. Di tengah hiruk pikuk kebudayaan Eropa Timur yang dingin dan tidak ramah, Debrecen menawarkan warnanya sendiri, suatu harmonisasi keberagaman dan budaya ilmiah.

Tertarik mengikuti program professional exchange? Silakan cek di website IFMSA: http://www.ifmsa.org/Exchange-Conditions/Professional-Exchange

Program ini terbuka untuk seluruh mahasiswa kedokteran. Untuk yang bukan mahasiswa kedokteran dan ingin merasakan pendidikan ala Debrecen, silakan klik link di bawah ini: www.unideb.hu/portal/en/node/1623

By: Ade Oktiviyari Penulis adalah Dokter internsip di Aceh Timur. Alumnus FK Unsyiah, penggiat Forum Lingkar Pena Aceh dan Blogger di www.adeoktiviyari.blogdetik.com

Leave a Comment