Pentingnya belajar tafsir al-quran

Al-quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril as menjadi petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia, di dalamnya terdapat cerita tentang orang sebelumnya, berita terhadap orang sesudahnya, penetapan hukum bagi semuanya , dan bukan sebuah humor. Siapa saja yang tidak berpegang padanya maka Allah akan memusnahkannya. Siapa saja yang mencari petunjuk selain yang ada di dalamnya maka Allah akan menyesatkannya.

Al-qur’an itu tali Allah yang sangat kokoh, cahayanya begitu nyata, berisi peringatan yang bijaksana, dan petunjuk ke jalan yang lurus. Dengan Al-qu’ran hawa nafsu tidak bisa berkutik , unkgapan lisan tidak akan rancu, pendapat-pendapat tidak akan terkelompok-kelompokan, ulama pun tidak akan pernah puas dengan ilmu yang ada di dalamnya, orang-orang yang bertaqwa tidak akan pernah bosan, kekagumannya tidak akan pernah luntur bahkan jin-jin pun terkagum-kagum dengan Al-qur’an sehinga  apabila mereka mendengarnya meraka mengatakan sungguh kami telah mendengar Al-qur’an yang begitu mempesona. Barang siapa yang mengetahui ilmu yang ada di dalamnya maka  dia yang utama, barang siapa yang berkata dengan bersumber darinya maka dia benar, barang siapa yang mengambil keputusan dengannya maka dia telah berlaku adil, barang siapa yang mengamalkannya maka diberikan baginya pahala dan barang siapa yang berdoa dengannya maka akan ditunjuki ia ke jalan yang lurus.

Inilah al-quran yang diturunkan kepada Nabi saw, dada orang yang beriman menjadi lapang ketika membacanya, dan menerangi hati-hati mereka dan bernilai ibadah yang pahalanya akan diperoleh nanti pada hari akhirat. Tidak ada seorang pun yang dekat dengan Allah kecuali dengan membacanya, sehingga menjadikan Al-qur’an itu sebagai undang-undang dalam kehidupan mereka, dan sistem dalam kemasyarakatan dan Al-qur’an juga menggambarkan jalan untuk menuju kepada kebahagian di dunia dan jalan kemenangan di akhirat,

sebagai mana firman Allah swt, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S An-Nahl : 97)

Dalam surat yang lain Allah swt berfirman,” Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Q.S Thaha :124)

Dari kedua ayat tersebut dapat kita pahami, bahwa Al-qur’an bukan hanya untuk dibaca atau diambil keberkahan saja, sedangkan keberkahan sudah tentu ada padanya, akan tetapi keberkahan yang paling besar adalah ketika mentadabburkan (menghayati) makna yang terkandung dalam Al-qur’an tersebut dengan memahami maknanya dan maksud dari tujuan-tujuan ayat-ayatnya selanjutnya mengamalkannya di kehidupan dunia ini. Sehingga barang siapa yang tidak mengerjakan hal tersebut atau dia hanya mencukupkan dengan membacanya saja tanpa ada tadabbur (penghayatan) dan pengamalan maka sesungguhnya ditakutkan ia terkena ancaman sebagaimana  yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Huzaifah Ra, ” Hai sekalian para pembaca Al-qur’an istiqamahlah karena kamu telah mendahului dari yang lainnya, dan seandainya kamu mengambil setengah-setengahnya saja maka sungguh kamu telah berada dalam kesesatan yang begitu jauh”

162133_ilustrasi-al-quran_663_382

Oleh karena itu maka sebelum menghayati makna-makna yang terkandung dalam Al-qur’an itu, hendaklah terlebih dahulu kita memahami maknanya, untuk memahami maknanya tentu perlu kepada tafsirnya yang mudah dipahami dan jelas maksudnya. Walaupun pada hakikatnya Al-qur’an ini telah Allah swt mudahkan bagi manusia untuk memahaminya, sebagaimana dalam firman Allah swt, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S Al-Qamar :17),

Dan dalam ayat yang lain Allah swt berfirman, “Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.” (Q.S. Maryam : 97),

Begitu juga dalam surat Al-Dukhan, “Sesungguhnya Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.” (Q.S. Al-Dukhan : 58),

Akan tetapi akibat setelah bercampur lisan-lisan Arab dengan lisan-lisan lainnya maka bercampur pula bahasanya dan itu  tatkala islam mulai tersebar ke seluruh pelosok dunia, banyak yang memeluk islam dari berbagai bangsa, suku, dan bahasa, itu mempengaruhi perkembangan bahasa Arab sehingga banyak ungkapan-ungkapan asing yang masuk ke dalam bahasa Arab, maka muncullah bahasa  ‘ammiah (pasaran) dalam percakapan sehari-hari dan ini menjauhkan umat islam khususnya bangsa Arab itu sendiri dari memahami  bahasa Al-qur’an yang menggunakan bahasa Fusha’ ( bahasa Arab resmi sesuai kaidah).

Maka dari itu umat islam butuh kepada tafsir lafaz-lafaz dan susunan kalimat dalam Al-qur’an yang maknanya telah  hilang dari peredaran bangsa Arab, ataupun tersembunyi dari pengetahuan mereka, apalagi Al-qur’an adalah undang-undang agama dan dunia yang telah Allah jaga ilmu-ilmunya dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya sesuai dengan kapasitas pengetahuan akal manusia, dan senantiasa zaman dan penelitian menguak peranannya dengan menjelaskan keajaibannya dan ketakjubannya, sebagaimana Allah swt berfirman, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Q.S Fushilat :53).

Dari sinilah muncul ilmu tafsir secara bertahap kemudian ulama-ulama yang berkecimpung dalam ilmu ini, mereka pun memperluas pokok pembahasannya sehingga lahirlah kitab-kitab tafsir yang begitu berpengaruh bagi dunia islam, menjadi rujukan umat islam dalam memahami makna-makna dan maksud-maksud yang terkandung di dalam Al-qur’an tersebut. Maka perlu bagi yang masih awam untuk berguru kepada ahlinya dalam memahami makna dari ayat-ayat Al-qur’an sehingga dapat terjaga dari pemahaman yang salah dan sesat.

Sumber-sumber rujukan penulis,

  1. Syarhu muqadimah fi Ushuli Al-tafsir li Ibni Taimiyah, Dr. Musa’id bin Sulaiman bin Nashir Al-thayyar, cetakan dar ibnu Al-jauzi
  2. Maqashid Al-qur’an Al-karim, Hasan Al-banna, cetakan dar Al-watsiqah, Kuwait.

 

 

Leave a Comment