Magnet Negri Al – Fatih di Turki

ALC | Siapa yang tidak kenal Turki? Negara yang dilewati Benua Asia dan Eropa ini berasal dari peradaban besar di masa lalu.Kekaisaran Romawi Timur pernah menjadi negara adikuasa pada tahun 500an. Wilayahnya membentang dari Balkan hingga Afrika bagian utara. Pada masa itu, Konstantinopel yang kini dikenal dengan nama Istanbul menjadi ibukota paling berpengaruh di dunia. Bahkan, Istanbul pada masa dahulu juga merupakan kota suci umat kristiani serta pintu masuk perdagangan laut di Eropa. Tak lama setelahnya, lahirlah Dinasti Usmani yang dirintis oleh Utsman bin Ertuğrul. Tahun 1453, dibawah pimpinan Muhammad Al-Fatih dalam ekspedisi “imposible“, dominasi kristen ortodok terhadap Istanbul pun hancur. Hagia sofia menjadi saksi terhadap kemuliaan akhlak sang sultan. Ketika kesultanan Usmani runtuh, Turki memasuki babak baru. Ideologi sekuler tumbuh subur dibawah pimpinan Mustafa Kemal Ataturk. Ketika itu norma–norma islam sepenuhnya lenyap. Para ulama dibunuh jika tidak berhenti berdakwah dan masih memakai sorban. Barulah di era Erdogan keadaan sekulerisme mampu dihapus sedikit demi sedikit. Muslim Turki kini dapat beribadah dengan tenang dan atribut – atribut agama pun bebas masuk ke gedung pemerintahan. Berbicara tentang sekulerisme, ada sebuah paradigma yang masih mengakar tentang Turki.

 Di Indonesia masih banyak yang menganggap bahwa Turki merupakan bagian dari negara Arab di mana wanita keluar rumah dengan berhijab ataupun bercadar serta menggunakan bahasa arab dalam aktifitas sehari – hari. Justru sebaliknya, doktrin sekuler yang mendarah daging sejak sekolah dasar membuat perempuan enggan untuk berhijab dan laki – laki tak berselera untuk memelihara jenggot. Beberapa tahun yang lalu, siswi disekolah umum negri ataupun swasta harus melepas jilbab sebelum memasuki gerbang sekolah. Bahkan saya melihat sendiri siswi sekolah menengah atas yang awalnya tertutup rapat tiba – tiba berhenti di pintu sebuah apartemen, melepas hijab, membenarkan rambut lalu menuju gerbang sekolah. Cerita seperti ini juga terjadi di banyak universitas.

Namun, ada juga yang tetap berjilbab sembunyi-sembunyi, ada sebagian mahasiswi yang sengaja menutup kepala dengan kain rapat kemudian di tambah dengan wig. Semenjak Erdogan mengijinkan jilbab dalam kampus, banyak dari teman – teman saya mulai memakai jilbab bahkan banyak diantara mereka yang sudah mantap mengunakan Ferace (red – Gamis ala Turki). Bahasa resmi yang sering dipakai adalah Bahasa Turki. Banyak kata dalam bahasa Turki diserap dari bahasa Persia, Arab dan Perancis. Bahasa yang dihuni oleh 71.286.182 jiwa penduduk ini tergolong bahasa yang sulit untuk dipelajari, apalagi bagi orang Indonesia yang sudah terbiasa dengan stuktur kalimat subjek, prediket, objek.

Sedangkan dalam bahasa Turki Objek terletak setelah subjek dan prediket di akhir kalimat. Maka jangan heran jika banyak mahasiswa asing harus mengulang setahun lagi karena tidak menguasai bahasa Turki. Dimasa Erdogan, Turki mengalami kemajuan pesat disegala bidang, khususnya pendidikan. Pembenahan sistem pendidikan nasional rupanya mendapat respon positif dari kelangan pelajar international. Berdasarkan data, pelajar asing yang tercatat pada tahun 2013 berjumlah kurang lebih 31.170 pelajar sedangkan pada tahun 2002 yang hanya 15.505 pelajar saja. Tanpa terkecuali pelajar – pelajar yang berasal dari kawasan Association of South East Asian Nation (ASEAN). Berdasarkan data, pelajar dari negara kawasan ASEAN merupakan mahasiswa terbanyak kedua setelah mahasiswa – mahasiswa yang berasal dari negara–negara Asia Tengah. Alasannya, dikarenakan infrasturktur pendidikan yang lengkap, biaya kuliah yang murah dan kerjasama bidang pendidikan yang baik dengan masyarakat dunia seperti pertukaran pelajar dan  akademisi juga kesempatan magang di uni eropa. Untuk biaya hidup, Turki termasuk yang paling murah dibandingkan dengan negara – negara lain di kawasan eropa. Berbagai alasan inilah yang membuat saya mantap untuk meneruskan studi di negri Sultan Al Fatih ini. Di Turki transportasi umum seperti Metro, Tramway dan Metrobus terintergrasi dengan universitas. Semuanya serba kartu, untuk naik bus saja wajib memiliki kartu transportasi dan menurut saya akan lebih efesien jika membayar memakai Cash. Orang dengan kebutuhan luar boleh memakai transportasi umum secara gratis dan semua transportasi juga disesuaikan untuk mereka. Benar- benar modern, semoga Indonesia kedepan mampu berbenah seperti Turki.

Jika anda muslim tentu saja tidak perlu khawatir untuk beribadah. Masjid terbuka lebar untuk muslim. Sama halnya dengan gereja dan Sinagog. Tidak susah untuk mencari masjid, teman-teman hanya perlu ke tempat lapang atau tempat yang sedikit lebih tinggi dengan mudah teman-teman dapat menemukan menara masjid yang menjulang tinggi melewati apartemen warga. Jumlah masjid kian hari kian bertambah. Maklum saja di era pemerintahan Erdogan Islam menemukan kembali momentum kembangkitan seolah ingin mengulang kejayaan islam seperti masa Kesultanan Osmani, Erdogan pun pernah mengucap hal yang sama. Jika teman-teman pengaut kristen, teman-teman juga tidak perlu khawatir mencari gereja untuk misa mingguan ataupun untuk natal, karena setiap kota minimal mempunyai satu buah gereja.

Namun terdapat sedikit kendala bagi orang asia tenggara, makanan bisa menjadi masalah serius. Pola dan makanan Turki jauh berbeda dengan makanan Indonesia yang banyak rempah dan pedas. Makanan Turki umumnya  manis kadang sedikit asin, berminyak dan tidak pedas. Begitu juga dengan musim, pada musim dingin banyak orang Asia Tenggara yang rentan sakit. Paling menjengkelkan ketika musim salju dan kampus tidak diliburkan. Banyak orang Indonesia yang belum pernah melihat salju bermimpi untuk bisa menyentuh salju. Jika teman-teman tipe yang betah dirumah dan kuliah di liburkan teman-teman akan suka Tapi tidak dengan saya. Tahukah teman – teman salju yang menumpuk di jalan – jalan lama – kelamaan akan mengeras menjadi es dan jalan menjadi licin. Banyak pejalan kaki yang jatuh bahkan banyak diantara mereka harus di bawa kerumah sakit. Jalan licin juga penyebab utama kecelakaan lalu lintas pada musim salju, banyaknya kecelakaan berujung kepada kemacetan. Salju yang bercampur tanah membuat becek jalanan. Satu yang paling saya tidak suka pada saat salju turun adalah ketika angin bertiup kencang, hawa dinginya seperti jarum yang menusuk kulit. 

By: Zulkhairi Arafah Farabi  Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Bisnis di Uludag Universty, Turkey

Leave a Comment